Pernahkah Anda merasa AI seperti ChatGPT memberikan jawaban yang luar biasa di satu waktu, tapi di lain waktu justru terasa nggak nyambung? Mungkin bukan AI-nya yang salah, tapi cara kita memberinya instruksi! Dengan menguasai teknik prompting, Anda dapat mengarahkan AI agar menghasilkan respons yang lebih tepat dan sesuai harapan sejak awal.
Saat ini, AI seperti ChatGPT, Gemini, Midjourney, dan Copilot semakin pintar dan bisa membantu berbagai tugas. Tapi satu hal yang perlu diingat: AI bukan pembaca pikiran. Ia hanya akan memberikan jawaban berdasarkan bagaimana kita menyusunnya. Maka dari itu, memahami teknik prompting atau cara memberi instruksi yang benar bisa membuat AI bekerja jauh lebih efektif.
Kalau AI diibaratkan sebagai asisten pribadi super cerdas, maka Anda adalah pelatihnya. Semakin baik kita memberi arahan, semakin baik pula hasil yang kita dapatkan. Yuk, pelajari teknik prompting AI supaya kamu bisa memanfaatkannya secara maksimal!
Dasar-Dasar Prompting AI
Prompting adalah seni memberikan instruksi kepada AI agar dapat menghasilkan output yang sesuai dengan kebutuhan kita. Sebelum masuk ke teknik prompting AI yang lebih kompleks, kita perlu memahami dasar-dasar prompting.
Bayangkan AI sebagai seorang karyawan baru yang sangat cerdas tetapi belum mengenal budaya kerja di kantor tempatmu bekerja. Dia memiliki potensi luar biasa, tetapi tanpa arahan yang jelas, ia mungkin kebingungan atau memberikan hasil yang tidak sesuai harapan. Oleh karena itu, memberikan prompt yang tepat sangat penting untuk memastikan AI bekerja secara optimal.
Sebuah prompt yang efektif memiliki tiga elemen kunci, yaitu:
- Jelas → Hindari kalimat yang ambigu atau bertele-tele. Instruksi yang terlalu umum bisa membuat AI bingung dalam menentukan arah jawabannya.
- Ringkas → Gunakan kata-kata yang langsung ke tujuan, tanpa tambahan informasi yang tidak perlu. Prompt yang singkat namun padat akan membantu AI memahami maksud kita lebih cepat.
- Spesifik → Berikan detail yang cukup supaya AI dapat merespons dengan akurat sesuai kebutuhan.
Contoh prompt yang kurang efektif dan prompt yang efektif:
❌ Kurang efektif:
“Buatkan konten.”
✅ Lebih efektif:
“Buatkan artikel blog sepanjang 500 kata tentang manfaat customer service dalam dunia fnb. Gunakan bahasa yang mudah dipahami oleh pembaca umum dan sertakan 3 tips praktis yang bisa langsung diterapkan.”
Dengan prompt yang lebih spesifik, AI bisa memberikan hasil yang lebih relevan dan sesuai dengan ekspektasi Anda.
AI berbasis bahasa bekerja dengan memahami pola kata dan konteks berdasarkan miliaran data yang telah dipelajari. Namun, AI tidak memiliki pemahaman seperti manusia—ia hanya menebak kata atau informasi yang paling mungkin berdasarkan pola yang telah dipelajari.
Karena itulah, jika prompt yang diberikan terlalu luas atau tidak jelas, AI bisa menghasilkan jawaban yang kurang sesuai dengan kebutuhan. Sebaliknya, dengan prompt yang dirancang dengan baik, kita dapat mengarahkan AI untuk memberikan jawaban yang lebih akurat dan bermanfaat.
Teknik Prompting yang Bisa Dicoba
Setelah memahami dasar-dasarnya, sekarang saatnya mengeksplorasi beberapa teknik yang bisa membuat AI bekerja lebih optimal.
1. Zero-shot vs Few-shot Prompting
Zero-shot prompting adalah ketika Anda langsung memberikan instruksi tanpa contoh, sementara few-shot prompting memberikan beberapa contoh sebagai referensi. Few-shot prompting biasanya menghasilkan output yang lebih akurat karena AI memiliki contoh konkret untuk “belajar” dan memahami pola yang diinginkan.
Contoh Zero-shot:
“Berikan respons untuk pelanggan yang mengeluh tentang pengiriman yang terlambat.“
Contoh Few-shot:
“Berikut adalah contoh cara merespons keluhan pelanggan tentang pengiriman yang terlambat:
Pelanggan: ‘Pesanan saya harusnya sampai kemarin tapi belum diterima’
Respons: ‘Mohon maaf atas ketidaknyamanannya. Saya akan segera cek status pengiriman pesanan Anda. Bisa tolong berikan nomor pesanannya?’
Sekarang, berikan respons untuk situasi berikut: Pelanggan: ‘Sudah 3 hari pesanan saya belum sampai padahal dijanjikan 1 hari’“
2. Role-playing Technique
Salah satu teknik menarik lainnya adalah meminta AI berperan sebagai ahli di bidang tertentu. Teknik ini meminta AI berperan sebagai spesialis tertentu untuk memberikan respons yang lebih profesional dan kontekstual, contohnya seperti prompt untuk customer berikut:
Contoh:
“Bertindaklah sebagai customer experience manager dengan pengalaman 10 tahun. Berikan strategi untuk menangani pelanggan yang komplain di media sosial tentang pelayanan di toko offline kita sambil tetap menjaga reputasi brand di platform digital.“
3. Step-by-Step (Chain of Thought) Prompting
Memberikan instruksi secara berurutan dan menjadi tahapan-tahapan kecil agar AI dapat memberikan respons yang lebih terstruktur.
Contoh:
“Analisis data pelanggan omnichannel dengan langkah berikut:
- Identifikasi channel yang paling sering digunakan pelanggan
- Analisis pola interaksi pelanggan di setiap channel
- Tentukan titik-titik dimana pelanggan sering berpindah channel
- Berikan rekomendasi untuk mengoptimalkan customer journey
- Buat action plan untuk implementasi“
4. Iterative Prompting
Jangan ragu untuk melakukan iterasi dan perbaikan pada prompt Anda. Jika hasilnya kurang memuaskan, ubah sedikit promptnya dan coba lagi. Setiap respons AI bisa menjadi masukan untuk memperbaiki prompt selanjutnya.
Contoh:
Prompt awal: “Buat template respons email untuk pelanggan yang membatalkan pesanan.“
Setelah mendapat respons, iterasi dengan: “Respons email tadi terlalu formal. Buatkan versi yang lebih personal dan empatis, tambahkan opsi win-back dengan penawaran khusus untuk pelanggan yang membatalkan pesanan.“
5. Kombinasi pertanyaan terbuka dan tertutup
Memberikan kombinasi antara pertanyaan terbuka dan tertutup pada prompting merupakan salah satu cara prompting yang direkomendasikan agar memberikan AI “waktu” untuk berpikir dan memberikan analisis yang lebih komprehensif.
Contoh Pertanyaan Tertutup:
“Apakah tingkat engagement di channel WhatsApp Business lebih tinggi dibanding di Instagram DM?”
Contoh Pertanyaan Terbuka:
“Jelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi perbedaan tingkat engagement antara WhatsApp Business dan Instagram DM, serta berikan rekomendasi untuk mengoptimalkan kedua channel tersebut.“
Kesalahan Umum dalam Prompting
Meski terdengar sederhana, masih banyak orang yang sering melakukan kesalahan dalam prompting, seperti:
- Prompt terlalu samar atau tidak spesifik
Hindari prompt seperti “Jelaskan tentang teknologi”. Jawaban yang diberikan akan terlalu luas dan kurang fokus. Lebih baik ubah prompt Anda menjadi: “Jelaskan perkembangan AI dalam 10 tahun terakhir dan dampaknya pada industri teknologi.”
- Prompt dengan terlalu banyak informasi sekaligus (Information Overload)
Memberikan terlalu banyak informasi dan instruksi yang bercampur sekaligus bisa membuat AI bingung dan menghasilkan jawaban yang kurang terarah. Maka dari itu, fokus pada satu tujuan utama per prompt.
- Tidak melakukan eksplorasi atau percobaan ulang
Jika hasil pertama kurang memuaskan, jangan langsung menyerah! Banyak pengguna menyerah ketika hasil pertama tidak sesuai harapan. Padahal, eksperimen dengan berbagai formulasi prompt bisa menghasilkan output yang jauh lebih baik
Bonus Tips: Format Prompting
Agar hasil prompting lebih optimal, berikut beberapa format dan trik yang bisa Anda gunakan:
Prompt Formatting
Penggunaan format yang tepat dalam prompt dapat meningkatkan kejelasan dan efektivitas respons AI:
- Gunakan Header (#)
- Untuk mengorganisir bagian-bagian dalam prompt panjang
- Contoh: “# Analisis Data”, “## Sub-bagian”
- Penekanan dengan Bold
- Gunakan ** atau __ untuk kata-kata kunci (**teks** atau __teks__)
- Contoh: “Berikan analisis tentang dampak ekonomi dari kebijakan ini”
- Kutipan untuk Kejelasan
- Gunakan ” ” untuk meng-highlight frasa atau instruksi khusus.
- Contoh: Bagaimana cara menggunakan fitur “auto-enhance” di aplikasi ini?
- Pemisah Bagian
- Gunakan — untuk memisahkan instruksi yang perlu diproses secara terpisah
- Membantu AI memahami bahwa setiap bagian adalah instruksi independen
Contoh Format untuk Analisis Customer Service:
`# Analisis Keluhan Pelanggan Lintas Channel
—
**Channel**: Instagram, WhatsApp, Email
**Periode**: 1-30 November 2023
**Fokus Analisis**:
– “Keterlambatan pengiriman”
– “Respons customer service lambat”
– “Perbedaan harga online vs offline”
—
Berikan:
1. Rangkuman keluhan per channel
2. Rekomendasi perbaikan layanan`
Mari kita bahas komponen-komponen format di atas:
1. **Judul dengan #** – “Analisis Keluhan Pelanggan Lintas Channel” menggunakan tanda # untuk menunjukkan tujuan utama prompt.
2. **Pemisah dengan —** membantu memisahkan bagian input data dengan bagian instruksi.
3. **Parameter Kunci dalam Bold** menggunakan format ** untuk menegaskan kategori informasi penting: – **Channel**: menentukan platform yang akan dianalisis – **Periode**: memberikan batasan waktu yang jelas – **Fokus Analisis**: mengidentifikasi isu-isu spesifik
4. **Kutipan (” “)** untuk jenis keluhan memastikan AI fokus pada kategori keluhan yang tepat.
5. **Daftar Bernomor** di bagian akhir memberikan instruksi yang terstruktur tentang output yang diinginkan.
Format ini membantu AI memahami:
- Scope analisis yang diinginkan (lintas channel)
- Periode waktu yang relevan
- Jenis-jenis keluhan yang perlu difokuskan
- Output yang diharapkan (rangkuman dan rekomendasi)
Dengan format yang terstruktur seperti ini, AI akan memberikan analisis yang lebih terorganisir dan sesuai dengan kebutuhan tim customer service.
Mengurangi Halusinasi & Bias pada AI
AI terkadang memberikan jawaban yang tidak akurat atau bias. Untuk mendapatkan jawaban yang lebih akurat dan dapat diandalkan, tambahkan prompt pengaman seperti berikut:
- Verifikasi Pengetahuan “Jika kamu tidak mengetahui jawabannya atau informasi ini berada di luar batas pengetahuanmu, tolong sebutkan bahwa kamu tidak tahu.”
- Sumber Terpercaya “Berikan jawaban dengan hanya mengacu pada sumber yang dapat dipercaya dan sebutkan referensinya.”
- Proses Berpikir “Sebelum menjawab, pikirkan dengan cermat dan jelaskan proses penalaranmu tentang [pertanyaan].“
Teknik-teknik tersebut membantu memastikan bahwa AI memberikan jawaban yang lebih bertanggung jawab dan transparan tentang batasan pengetahuannya.
Kesimpulan
Prompting adalah keterampilan baru yang semakin penting di era AI. Meski AI terus berkembang menjadi lebih pintar, peran manusia dalam mengarahkan dan mengoptimalkan penggunaannya tetap krusial. Dengan memahami dan menerapkan teknik-teknik prompting yang efektif, Anda dapat memaksimalkan potensi AI sebagai alat bantu yang powerful dalam berbagai aspek kehidupan dan pekerjaan, contohnya seperti penerapan prompting AI untuk customer service.
Jadi, yuk mulai eksplorasi seni prompting dan manfaatkan AI dengan lebih efektif! 🚀