Soft Selling dan Hard Selling, Apakah Perbedaannya?

soft selling

Dalam bidang penjualan, istilah soft selling pasti sudah tidak asing lagi. Selain itu, ada juga istilah yang hampir serupa bernama hard selling. Terdengar mirip, tapi apa sebenarnya perbedaan kedua istilah tersebut dan manakah yang lebih tepat untuk diterapkan pada bisnis Anda? Untuk bisa menentukan yang terbaik, maka Anda harus tahu dulu perbedaannya dari informasi di bawah ini:

Soft Selling

Jika diartikan dari namanya, “soft” berarti halus dan “selling” berarti penjualan. Lalu jika dijabarkan, maka soft selling memiliki arti teknik pendekatan penjualan yang menggunakan bahasa cenderung halus dan menyebabkan orang merasa penasaran. Dalam menerapkan teknik ini, calon konsumen tidak terpaksa atau merasa diburu-buru untuk segera melakukan transaksi. Mereka umumnya lebih tertarik untuk mendengarkan penjelasan lebih lanjut dari salesperson atau melihat iklan.

Hard Selling

Berkebalikan dari soft selling, hard selling memiliki arti teknik pendekatan penjualan yang lansung tepat sasaran. Pendekatan ini bertujuan untuk mendorong konsumen untuk segera melakukan transaksi.

Hard selling biasanya dilakukan oleh salesperson atau diterapkan pada iklan online maupun offline. Banyak yang menganggap teknik ini agresif dan terlalu memburu konsumen. Meski begitu, dalam kondisi tertentu metode ini dianggap cukup efektif untuk meningkatkan penjualan.

Apa Perbedaannya?

Setelah melihat penjelasan di atas, ada beberapa perbedaan yang tampak dari soft selling dan hard selling, yaitu:

Pendekatan yang Diterapkan

Pendekatan soft selling menggunakan kata-kata halus dan mengandalkan persuasi, sehingga membuat target konsumen lebih penasaran untuk mengetahuinya lebih lanjut. Sedangkan hard selling lebih menggunakan penjualan yang cenderung agresif dan to-the-point.

Ketertarikan Konsumen

Soft selling umumnya diterapkan oleh bisnis yang ingin menciptakan citra baik dan membangun keterikatan dengan konsumen. Jika brand engagement meningkat, maka kemungkinan besar angka penjualan akan turut meningkat. Konsumen biasanya lebih tertarik pada bisnis yang menerapkan penjualan halus, karena mereka dibuat penasaran untuk mengetahui apa saja yang dimilikinya.

Hard selling juga tetap mampu menarik konsumen, tapi hanya tidak dapat bertahan dalam jangka waktu yang cenderung singkat. Ketertarikan konsumen hanya pada satu produk saja dan tidak ingin mengetahui bisnis lebih jauh.

Bidang Industri yang Menerapkannya

Masing-masing perusahaan bebas menentukan pendekatan penjualan yang mereka inginkan. Namun, secara umum, kita dapat melihat ada industri tertentu yang lebih identik dengan salah satu metode ini.

Penjualan secara halus biasanya dipilih oleh industri konsultan, manufaktur, content marketing, dan lainnya. Sedangkan penjualan langsung lebih sering digunakan oleh industri perbankan, asuransi, telemarketing, dan lainnya.

Jangka Waktu Penjualan

Keduanya juga memiliki jangka waktu penjualan berbeda. Soft selling berfokus pada penjualan dalam jangka panjang, sementara hard selling menargetkan penjualan untuk jangka pendek. Menggunakan metode hard selling artinya Anda ingin konsumen segera membeli produk yang Anda tawarkan di tempat.

Tips Menjalankan Soft Selling

Freepik

Menurut riset yang dilakukan New Century Media, konsumen lebih tertarik membeli produk yang ditawarkan melalui penjualan halus. Selain itu, mereka juga akan merekomendasikan pada orang lain dan kemungkinan besar akan membeli lagi produk tersebut. Jadi bisa disimpulkan bahwa metode ini lebih efektif untuk memperluas jangkauan konsumen dan meningkatkan penjualan secara jangka panjang.

Apabila ingin menggunakan metode soft selling, ada beberapa tips yang bisa Anda coba untuk membuatnya menghasilkan keuntungan besar. Berikut tips-tipsnya:

1. Menggunakan Kalimat Sederhana tapi Menarik

Tidak perlu terlalu banyak menulis banyak kata. Sebaliknya, Anda harus mengurangi penggunaan kata untuk mempromosikan produk Anda. Lalu sebagai gantinya, gunakan ilustrasi untuk mendeskripsikan produk tersebut. Ilustrasi ini dapat berbentuk ikon, foto, maupun testimoni dari pengguna produk. Fokuslah pada kata-kata yang mampu mendeskripsikan secara detail fungsi utama produk yang ditawarkan.

2. Perhatikan Tampilan Visual

Konsumen umumnya lebih tertarik pada tampilan visual yang lebih menarik perhatian. Dibandingkan kata-kata, gambar akan lebih menarik minat konsumen. Jadi, gunakanlah gambar sebagai strategi utama untuk memasarkan produk.

Tentunya gambar yang digunakan harus relevan dengan produk yang dipasarkan. Sebagai contoh Anda akan memasarkan sepatu anak, maka gunakanlah foto sepatu anak untuk mempromosikan dan menyampaikan produk Anda pada konsumen. Dengan begitu, Anda tidak perlu menggunakan terlalu banyak kata.

3. Tentukan Layout yang Tepat

Kata-kata dan gambar yang relevan sudah ditentukan. Kini Anda perlu menenentukan layout atau tata letak yang tepat untuk membuat produk Anda semakin menarik. Layout juga akan membantu konsumen menyerap informasi penting tentang produk tersebut. Anda perlu belajar bagaimana caranya mengatur layout yang baik supaya gambar dan tulisan dapat menyatu secara sempurna dan menjadikannya sebagai kampanye iklan yang efektif.

Demikianlah perbedaan soft selling dan hard selling, serta tips bagaimana cara menjalankan soft selling yang efektif. Menggunakan metode pendekatan penjualan yang sesuai dengan bisnis Anda dapat membantu meningkatkan angka penjualan. Jadi, pastikan Anda memilih yang paling sesuai dengan bisnis Anda.

Segera tingkatkan performa bisnis Anda dengan bantuan Facebook Ads yang terintegrasi dengan WhatsApp bisnis Anda. Bila Anda memiliki pertanyaan lebih lanjut mengenai artikel ini atau ingin mengetahui tentang WhatsApp Business API bagi bisnis Anda, tanyakan lebih lanjut melalui tautan ini.

You May Also Like